Be Positive
Psychology, Happiness, Dream, Impactful Life and Positive Thinking
Selasa, 22 November 2016
Your Dreams Become True
Tanpa terasa, satu bulan lagi akan memasuki bulan terakhir di tahun 2016, mungkin banyak kenangan-kenangan dan cerita yang kita udah lewati di sepanjang tahun ini.
Tapi, apakah mimpi kita sudah tercapai?
Apakah sebelum memasuki tahun 2016 yang lalu kita telah menuliskan resolusi mimpi kita?
Ada yang menjawab iya dan mungkin juga tidak....
Tunggu...apa yang membuat diri kamu menjawab tidak?
"Untuk apa aku menuliskan resolusi"
Mengapa ketika saya menanyakan hal ini kepada teman-teman saya, ada salah satu dari mereka yang menjawab tidak, Apakah mimpi dia sudah tercapai?
Saya akhirnya menanyakan lebih lanjut kepadanya, lalu ia pun menceritakan...
"Untuk apa aku membuat resolusi ketika memasuki tahun 2016 yang lalu, karna resolusi yang pernah aku tulis itu hanya akan menjadi secarik kertas yang tak berguna, Hanya bayang-bayang yang tidak akan bisa aku wujudkan."
Lalu, aku perlahan bertanya, "Apakah mimpimu itu tidak dapat dilakukan oleh orang lain?"
Ia terdiam... lalu berkata "Orang lain pasti bisa, yaa bahkan mungkin banyak yang sudah mewujudkan mimpi sepertiku, tetapi aku..."
"Juga bisa mewujudkan mimpi itu sama seperti orang lain bisa mewujudkan mimpi itu" dengan sengaja aku langsung memotong perkataannya.
Kemudian ia terdiam dan merenungkan perkatannya itu.
Guys, kita semua disini itu bisa meraih impian kita, apapun mimpi kita asalkan ada usaha dan kemauan pasti mimpi itu akan berhasil kita wujudkan. Kita bisa menuliskan mimpi kita sebanyak-banyaknya, nah sekarang kita pikirin gimana cara kita jalan dan menjemput mimpi kita itu.... Jangan sia-siain hidup kita, raihlah mimpi dan jadikan diri kamu itu terang bagi orang-orang sekeliling kamu,
So...Your Dreams Become True.....
:)
Kamis, 06 November 2014
Pentingnya Sekolah Bagi Generasi Muda
Definisi Sekolah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sekolah adalah bangunan
atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi
pelajaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2014).
Menurut Kamisa. Sekolah adalah lembaga
tempat untuk belajar mengajar serta tempat menerima dan memberikan pelajaran.
Definisi Generasi
Menurut Prof. Dr. Sartono Kartadiharja. Generasi adalah semua yang ada pada
lokasi sosial. (“Pengertian Generasi Muda,” 2014)
Menurut
Auguste Comte. Generasi adalah jangka waktu kehidupan sosial manusia yang
didasarkan pada dorongan keterikatan pada pokok-pokok pikiran yang asasi (“Pengertian
Generasi Muda,” 2014)
Definisi Generasi Muda
Dalam pola pembinaan dan pengembangan generasi muda. Menteri Muda Urusan Pemuda Jakarta (1982)
secara umum generasi muda diartikan sebagai golongan manusia yang berusia muda
(“Pengertian Generasi Muda,” 2014)
Menurut kategori biologi. Generasi muda
adalah mereka yang berusia 12-15 tahun dan 15-30 tahun (“Pengertian Generasi
Muda,” 2014)
Menurut
budaya. Generasi muda adalah mereka yang berusia 13-14 tahun (“Pengertian
Generai Muda,” 2014)
Menurut
ideologi politik. Generasi muda adalah mereka yang berusia 18-40 tahun
(“Penerus Generasi Muda,” 2014).
Menurut lembaga dan lingkungan sosial. Generasi muda adalah mereka yang tergolong usia 6-30
tahun.
Dapat disimpulkan bahwa generasi muda
adalah mereka yang menginjak usia anak-anak, remaja hingga dewasa (“Penerus
Generasi Muda,” 2014).
Faktor dari Pentingnya Sekolah Bagi
Generasi Muda
Sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan
formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan
layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan
lainnya, sekolah dituntut dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya untuk
mengupayakan peningkatan kualitas atau mutu pendidikan. Hal ini akan dapat
dilaksanakan jika sekolah, dengan berbagai keragamannya itu, diberikan
kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sesuai dengan kondisi lingkungan
dan kebutuhan anak didiknya (Zazin, 2011).
Hingga saat ini sistem sekolah belum
sepenuhnya mampu mangembangkan dan
menghasilkan para lulusannya untuk menjadi individu-individu yang kreatif. Apa
yang dibelajarkan di sekolah seringkali kurang memberikan manfaat nyata bagi
kehidupan siswa dan kurang selaras dengan perkembangan lingkungan yang terus
berubah dengan pesat dan sulit diramalkan. Oleh karena itu, betapa pentingnya
pengembangan kreativitas di sekolah agar proses pendidikan di sekolah memiliki
relevansi tinggi dan menghasilkan lulusan yang memiliki kreativitas tinggi.
Sekolah seyogyanya menyediakan kurikulum (curriculum support) yang memungkinkan
siswa dapat berpikir kritis dan kreatif,
serta memiliki keterampilan pemecahan masalah sehingga pada gilirannya mereka
dapat merespon positif segala kesempatan dan tantangan yang ada serta mampu
mengelola resiko untuk kepentingan kehidupan pada masa sekarang maupun
mendatang (Yudhawati & Haryanto, 2011)
Penyebab Kurangnya Mutu Pendidikan.
Penyebab pertama. Strategi
pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih mengarah pada asumsi
bahwa bila semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku
(materi ajar), alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan
guru, dan tenaga kependidikan lainnya, secara otomatis lembaga pendidikan
(sekolah) akan dapat menghasilkan output
(keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi ini
tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), tetapi hanya
terjadi dalam institusi ekonomi dan industri (Hanushek dikutip dalam Zazin, 2011).
Penyebab
kedua. Pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran
birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di
tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di
tingkat mikro (sekolah). Dengan singkat dapat dikatakan bahwa kompleksitas
cakupan permasalahan pendidikan seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh
dan akurat oleh birokrasi pusat (Zazin, 2011).
Seharusnya pembangunan pendidikan bukan
hanya terfokus pada penyediaan faktor
input pendidikan, melainkan juga harus lebih memerhatikan faktor proses
pendidikan. Agar mutu tetap terjaga dan agar proses peningkatan mutu tetap
terkontrol, harus ada standar yang diatur dan disepakati secara nasional untuk
dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu tersebut (Zazin,
2011) .
Ciri-ciri dan Pilar-pilar Sekolah
Visi dan misi yang jelas. Memuat
harapan yang tinggi kepada siswa untuk belajar dan berbuat dengan mengeluarkan
kemampuan terbaiknya serta mengarahkan perkembangan siswa secara menyeluruh
(Zazin, 2011).
Kepala sekolah yang profesional. Kepala sekolah professional, yaitu: (a) memimpin secara
efektif untuk mencapai visi dan misi; (b) mampu bekerja sama dengan guru,
komite, masyarakat; dan (c) mampu belajar secara berkesinambungan dan melakukan
pengembangan diri (Zazin, 2011).
Guru yang profesional.
Guru yang profesional, yaitu: (a) mengembangkan keterampilan berpikir kritis,
memecahkan masalah, dan kreativitas siswa; (b) mempunyai sikap yang positif dan
moral yang tinggi; dan (c) melakukan belajar berkesinambungan dan pengembangan
profesi (Zazin, 2011).
Lingkungan belajar yang kondusif. Ada beberapa ketentuan belajar yang kondunsif, yaitu: (a) bersih,
aman, nyaman; (b) dapat menstimulasi anak untuk betah belajar dan beraktivitas;
(c) tempat bagi semua orang untuk saling mendukung melalui hubungan yang
positif; (d) mempunyai aturan yang jelas dan sensibel; dan (e) mempromosikan
rasa saling memiliki dan kebanggaan terhadap sekolah (Zazin, 2011).
Ramah siswa.
Guna dari ramah siswa, yaitu (a) mengembangkan potensi siswa dengan maksimal,
(b) menangani kesulitan siswa secara efektif dan efisien, (c) peka terhadap
kebutuhan dan latar belakang siswa, dan (d) berhubungan dengan layanan dan
sumber yang ada di luar sekolah (Zazin, 2011).
Manajemen yang kuat.
Manajemen yang kuat berguna, yaitu (a) memberdayakan potensi dan sumber sekolah
secara efektif, (b) mengembangkan program dengan warga dan stakeholders, dan (c) mengambil keputusan secara kolaboratif
(Zazin, 2011).
Kurikulum yang luas dan berimbang. Ketentuan kurikulum yang luas dan berimbang, yaitu: (a)
memberikan pembelajaran aktif dan efektif; (b) program pembelajaran mencakup
akademik, sosial, religi, kepribadian, dan fisik siswa; (c) mendorong siswa
mempunyai sikap positif terhadap belajar; dan (d) membantu siswa mengembangkan
kecakapan hidup (Zazin, 2011).
Penilaian
dan pelaporan prestasi siswa yang bermakna. Makna dari penilaian dan
pelaporan prestasi siswa, yaitu (a) memberi informasi akurat tentang prestasi
belajar siswa, (b) mengarahkan guru untuk menggunakan berbagai pendekatan
mengajar yang paling sesuai, (c) mengidentifikasi masalah belajar siswa dan
cara menyelesaikannya bersama dengan orangtua, (d) mengizinkan orangtua untuk
mengobservasi dan memahami kemajuan belajar siswa, dan (e) melakukan berbagai
cara untuk mendukung pembelajaran efektif dan upaya meningkatkan rasa percaya
diri siswa (Zazin, 2011).
Pelibatan
masyarakat yang tinggi. Guna perlibatan masyarakat yang tinggi, yaitu: (a)
mendorong orangtua aktif dalam kegiatan sekolah; (b) menekankan pentingnya
kemitraan antara sekolah, orangtua, dan masyarakat agar hasil belajar maksimal;
(c) tanggap terhadap sudut pandang dan kekhawatiran orangtua; dan (d) membentuk
jaringan kerja luas. (Zazin, 2011)
Kesimpulan
Saat ini sekolah-sekolah
banyak yang belum memenuhi pilar-pilar sekolah, sehingga kurangnya mutu pendidikan.
Hal ini dapat dilihat dari pembangunan pendidikan yang lebih melihat input
daripada prosesnya. Agar mutu tetap terjaga dan agar proses peningkatan mutu
tetap terkontrol. Harus ada standar yang diatur secara nasional untuk dijadikan
indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu tersebut. Standar pendidikan
yang tinggi akan memiliki mutu pendidikan yang tinggi juga.
Sekolah sebagai unit pendidikan formal harus dinamis dan kreatif dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini bisa dilakukan apabila sekolah diberikan
kepercayaan untuk mengatur dan mengurus sesuai kondisi lingkungan dan anak
didiknya. Sekolah diharuskan menyediakan kurikulum yang membuat siswa dapat
berpikir kritis serta memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah. Hal ini
agar siswa dapat memiliki respon positif terhadap suatu masalah dan mampu
mengelola resiko, baik itu sekarang ataupun mendatang. Namun, saat ini masih banyak
sekolah yang belum menghasilkan lulusan-lulusan yang kreatif.
Daftar Pustaka
Pengertian generasi muda. (2014).
Diunduh dari http://tulisanterkini.com/artikel/rtikel-ilmiah/9219-pengertian-generasi-muda.html#top.
Waruwu, F. E.
(2005, November). Membangun budaya sekolah dengan metode living Values. Provitae, 1(2), 25-33.
Yudhawati, R.,
& Haryanto, D. (2011). Teori-teori dasar psikologi pendidikan. In S. Amri
(Ed.), Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Zazin, N.
(2011). Gerakan menata mutu pendidikan:
Teori & aplikasi. In M. Sandra
(Ed.), Jogjakarta: AR-Ruzz Media.
Rabu, 01 Oktober 2014
Apakah Manusia itu bebas atau tidak?
Menurut pendapat saya, manusia itu pada dasarnya bebas, namun karena banyak aturan atau hal-hal yang membatasi manusia untuk melakukan suatu tindakan, sehingga membuat manusia itu menjadi terbatas. Manusia tidak bisa melakukan suatu tindakan yang tidak baik atau keji karena ada aturan agama dan hukum. Dalam hal spiritual, seseorang dengan sendirinya membatasi diri untuk tidak terlalu bebas dalam bertindak, karena dampak dari itu ada hukuman yaitu dosa.
Senin, 15 September 2014
My Profile
Nama saya Lita septiani suprapto, saya lahir pada tanggal 29 September 1996 di Indramayu. Kemudian waktu SMA saya di Bandung yaitu di SMA Kristen 1 Bina Bakti, sekarang saya kuliah di Universitas Tarumanagara Jakarta mengambil jurusan psikologi angkatan 2014. NIM saya yaitu 705140172.
Dan ini adalah kelompok saya, yang namanya kelompok Future Psychology.
Sekian dan Terimakasih
Tuhan Berkati
Langganan:
Komentar (Atom)